memuat…
Pangeran Diponegoro versi AI. Foto/Instagram @ainusantara
ULAMA asal Sumatera yang menetap di Jawa mempengaruhi cara berpikir dan perjuangan Pangeran Diponegoro . Sosok bernama Kiai Taptojani mungkin tidak terlalu dikenal, namun memiliki peran penting dalam mendidik sang pangeran muda.
Kiai Taptojani tak bisa dilepaskan mendidik Pangeran Diponegoro di tengah lingkungan agamis dan mayoritas menganut Islam. Sejak kecil Pangeran Diponegoro sering berbaur dengan kelompok santri.
Kelompok santri yang bernama Korps Suranatan, yang merupakan kelompok keagamaan bersenjata di Istana Yogyakarta, misalnya merupakan bagian dari kesatuan militer di Kadipaten (Putra Mahkota).
Di sana, ada juga warga komunitas Islam yang kuat, juga menerima zakat dari istana yang terdaftar dalam catatan keraton, sebagai penghuni Kadipaten dan Tegalrejo, pada akhir 1790-an.
Nenek buyutnya Ratu Ageng telah mendorong para tokoh agama di Yogyakarta, untuk mengunjungi dan mengambil tempat tinggal di Tegalrejo, tempat lingkungan tinggal Diponegoro.
Dikisahkan pada buku “Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 – 1855” tulisan Peter Carey, dikisahkan penghulu Kiai Muhammad Bahwi, yang kemudian dikenal dalam Perang Jawa sebagai Muhammad Ngusman Ali Basah, sebelumnya mengabdi sebagai ketua forum ulama Masjid Suranatan, masjid pribadi sultan.
Tokoh lainnya yakni Haji Badarudin, komandan Korps Suranatan yang sudah dua…