Pada suatu sore baru-baru ini di pusat kota New Delhi, dua perempuan transgender duduk di pinggir jalan di tengah padatnya lalu lintas dan tak henti-hentinya membunyikan klakson mobil, salah satunya memeriksa ponsel cerdasnya untuk mengetahui berapa banyak uang yang ia peroleh dari mengemis hari itu.

Anjali, 28, yang mengatakan dia merasa tidak nyaman membagikan nama belakangnya karena diskriminasi yang dialaminya, dan temannya, Sonia Sarkar, 45, bertemu di jalan-jalan ibu kota India.

Mengelola uang secara online sudah tidak asing lagi bagi banyak orang di seluruh dunia, dan hal ini semakin meluas di India karena semakin banyak orang yang menggunakan aplikasi digital dan kode QR untuk transaksi kecil, termasuk memberikan uang kepada orang yang mengemis di jalanan.

Negara ini telah mengalami lonjakan transaksi digital dalam 12 tahun terakhir, dengan pembayaran online yang tumbuh 90 kali lipat pada saat itu. India kini menyumbang 46 persen pembayaran serupa di seluruh dunia, menurut laporan tersebut Departemen Jasa Keuangan.

Seorang pelanggan membayar tunai untuk membeli sayuran di pasar pinggir jalan di samping kode QR untuk Paytm, sebuah perusahaan pembayaran digital, di Ahmedabad, India, pada 5 Februari. Dalam beberapa tahun terakhir, dorongan India terhadap digitalisasi berarti booming transaksi digital seiring dengan semakin banyaknya orang menggunakan aplikasi digital dan kode QR untuk transaksi besar dan kecil. (Amit Dave/Reuters)

Booming digital ini juga menguntungkan orang-orang seperti Anjali dan Sonia, yang mendapatkan uang melalui cara-cara yang lebih sulit. Sebagian karena ini adalah cara yang lebih nyaman bagi orang untuk memberi jika mereka tidak punya…

Tautan sumber

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini