THari ini menandai minggu kedua dan terakhir COP29—pertemuan puncak perubahan iklim tahunan PBB, yang mencari solusi terhadap permasalahan eksistensial utama dunia. Tuan rumahnya? Sebuah negara kaya minyak yang, menurut CIA World Factbook, adalah rumah bagi semenanjung Absheron di Laut Kaspia yang menurut para ilmuwan lokal adalah “daerah yang secara ekologis paling hancur di dunia.”

Menjadi negara petro bukanlah suatu kejahatan. Namun kekayaan bahan bakar fosil di Azerbaijan memperburuk kondisi manusia di dalam dan luar negeri sehingga menjadikan tuan rumah COP29 sebagai tragedi Orwellian. Meskipun 95% ekspor Azerbaijan adalah minyak dan gas, menurut LSM keadilan lingkungan Crude Accountability, sebagian besar penduduknya tidak mendapatkan manfaat dari kekayaan ini. Laporan Akuntabilitas Kasar pada tahun 2020, “Ember Kosong Dana Minyak Negara Azerbaijan” mendokumentasikan bagaimana kualitas hidup menurun dan, menurut Bank Dunia, seperempat penduduk terjebak dalam kemiskinan.

Presiden otoriter negara itu, Ilham Aliyev, secara pribadi mengawasi sapi perah terbesar: Dana Minyak Negara. Mungkin itulah sebabnya ia menganggap cadangan bahan bakar fosil Azerbaijan yang sangat besar sebagai “hadiah dari Tuhan” meskipun cadangan tersebut gagal untuk menyemangati rakyatnya.

Bagaimana Azerbaijan bisa menjadi tuan rumah COP29? Kunci keberhasilannya mungkin terletak pada cara mereka menarik sejumlah elit dunia dengan cara yang membuat Azerbaijan menjadi pusat perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Pesona jangka panjang ini

Tautan sumber

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini