memuat…

Rusia mengklaim lebih dari dua lusin negara aktif berkomunikasi untuk bergabung dengan BRICS. FOTO/Ilustrasi

JAKARTA – Perkembangan BRICS dalam dua tahun terakhir meningkat pesat dengan dukungan negara-negara di belahan bumi selatan yang tumbuh dengan laju yang belum pernah terjadi sebelumnya. BRICS juga melancarkan dedolarisasi untuk ekonomi global yang berkelanjutan dan mempromosikan mata uang lokal dalam upaya tersebut.

Hal itu memicu kemarahan presiden baru Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang kemudian mengancam kelompok tersebut secara khusus. Trump juga menantang blok tersebut untuk tidak lagi berusaha menyingkirkan dolar AS, atau mengambil risiko menghentikan perdagangan dengan negara yang memiliki perekonomian terbesar di dunia tersebut.

Namun demikian, ancaman keras itu tampaknya belum memberikan dampak yang diharapkan oleh orang nomor satu AS tersebut. Sebab, rencana pertumbuhan BRICS tampaknya tidak mempengaruhi, dan sebanyak 20 negara disebut-sebut masih berupaya masuk ke dalam kelompok tersebut.

Menurut asisten presiden Rusia Yury Ushakov, sejumlah negara masih intens berkomunikasi dengan blok tersebut mengenai keanggotaan mereka. “Pintu asosiasi tetap terbuka bagi negara-negara yang berpikiran terbuka,” kata Ushakov. “Saat ini, lebih dari dua lusin negara telah menunjukkan minat dalam dialog sistemik dengan BRICS,” imbuhnya, seperti dilansir Watcher Guru, Sabtu…

Tautan sumber

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini