Tjumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan meningkat tiga kali lipat dalam 50 tahun terakhir, yang berarti ketika sebuah bencana alam besar seperti gempa bumi melanda suatu kota, maka akan semakin banyak pula nyawa yang berada dalam bahaya. Sementara itu, kekuatan dan frekuensi kejadian cuaca ekstrem telah meningkat—sebuah tren yang akan terus berlanjut seiring dengan memanasnya iklim. Hal ini memacu upaya di seluruh dunia untuk mengembangkan sistem pemantauan gempa bumi dan prakiraan iklim generasi baru agar deteksi dan respons terhadap bencana menjadi lebih cepat, lebih murah, dan lebih akurat dibandingkan sebelumnya.
Pada tanggal 6 November, di Barcelona Supercomputing Center di Spanyol, Inisiatif Global tentang Ketahanan terhadap Bahaya Alam melalui Solusi AI akan bertemu untuk pertama kalinya. Inisiatif baru PBB ini bertujuan untuk memandu pemerintah, organisasi, dan komunitas dalam menggunakan AI untuk manajemen bencana.
Inisiatif ini dibangun berdasarkan kerja sama selama hampir empat tahun yang dilakukan oleh Persatuan Telekomunikasi Internasional, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan Program Lingkungan PBB, yang pada awal tahun 2021 secara kolektif membentuk kelompok fokus untuk mulai mengembangkan praktik terbaik penggunaan AI dalam manajemen bencana. Hal ini termasuk meningkatkan pengumpulan data, meningkatkan perkiraan, dan menyederhanakan komunikasi.
Baca selengkapnya: Kota Berada di Garis Depan dalam 'Krisis Kesehatan dan Iklim'. Laporan Baru Memberikan Kerangka Kerja untuk Mengatasi Dampaknya
“Apa yang menurut saya menarik adalah, untuk satu jenis bahaya, ada…