Suatu ketika, belum lama ini, memesan meja di restoran baru yang sedang populer tidak berarti harus terburu-buru tengah malam ke Resy. Sungguh, kami tidak tahu seberapa bagus yang kami miliki saat itu. Antrean berjam-jam kini menjadi hal biasa, tidak terkecuali, di kota-kota besar mulai dari New York hingga Los Angeles.
Salah satu alasannya adalah restoran semakin mengandalkan reservasi untuk mendapatkan pendapatan yang lebih dapat diprediksi pascapandemi. Munculnya TikTok dan Instagram sebelumnya telah mengangkat acara makan menjadi sebuah acara budaya. Masuk ke tempat trendi membawa serta pengaruh sosial, mirip dengan mendapatkan tiket pertunjukan blockbuster Broadway.
Evan Felcher dan Mattia Ros bosan dengan stres, daftar tunggu, dan kerumitan yang menyertai santapan modern. Setelah kedua sahabat tersebut, yang bertemu di perguruan tinggi sebagai rival tenis, terhubung kembali di NYC karena pekerjaan di bidang keuangan (dan menyatakan kecintaannya pada dunia kuliner kota), mereka mulai bertukar pikiran tentang cara untuk menawarkan jaminan reservasi di restoran tujuan.
Solusi yang diambil oleh pasangan ini, yaitu sebuah aplikasi berbasis langganan bernama Access, kemungkinan akan memicu perdebatan tentang semakin besarnya pengaruh orang kaya terhadap industri restoran. Margin tempat usaha, yang pada awalnya tidak sehat, kini semakin tipis setelah bertahun-tahun terkena dampak inflasi, sehingga mendorong pemilik restoran untuk mengeksplorasi berbagai sumber pendapatan alternatif.
Access membebankan biaya berlangganan $1.788 per tahun ke atas untuk tabel yang dipesan di atas…